Wednesday, July 20, 2011

Konsep Pernikahan

Semakin banyak teman-teman saya yang menikah, semakin deg-deg an perasaan ini. Saya selalu terkagum dengan orang yang berani memutuskan untuk menikah di umur yang sangat muda. Apakah mereka sudah paham dengan konsekuensi pernikahan. Apakah mereka sudah siap untuk mengikatkan diri pada satu orang. Apakah mereka sudah siap untuk berkomitmen menjaga agar pernikahan sekali seumur hidup dan harus berjuang mati-matian untuk menjaga rumah tangga tetap harmonis dan bahagia.

Saya pacaran tidak sekali dua kali. Saking seringnya saya agak malu kalau ditanya. Tetapi semakin saya menjalani hubungan yang bermacam-macam, semakin saya bingung. Saya selalu merasa, kita bisa hidup sendiri. Hanya lebih bahagia kalau ada orang disamping kita yang bisa diajak untuk sharing dan meneruskan keturunan. Ketika putus dari orang yang saya sayang, saya bisa langsung pulih dan menyayangi orang lain. Begitu saja terus menerus. Jadi apakah dasar keputusan menikah itu karna kita sayang dengan seseorang. Apakah perasaan cinta dan sayang cukup untuk memulai kehidupan ke jenjang yang lebih jauh. Cinta bisa hilang, cinta bisa pudar. Terus apa yang bisa buat sebuah pernikah itu bertahan? Ada orang yang kenal baru satu bulan, memutuskan untuk menikah. Ada yang pacaran sampai tujuh tahun, hubungannya kandas karena orang lain atau karena tidak cocok. Ada yang sudah memutuskan untuk menikah, tetapi selama masa persiapan, mereka bubar jalan. Ada yang sudah menikah, tetapi kandas pernikahannya karena hal-hal yang sepele. Jadi apa rahasia perkawinan yang bisa langgeng? Semakin dewasa, semakin melihat kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan dongeng-dongeng cinta yang berakhir dengan bahagia. Saya menyadari bahwa kebahagian itu bukan hal mutlak, tetapi suatu yang harus diusahakan. Ketika kita memutuskan untuk menikah, disitu lah kita berjanji untuk menyerahkan jiwa raga untuk membangun keluarga kecil kita. Berusaha untuk melebur antar satu sama lain, berusaha membahagiakan pasangan dan keluarga, memendam hasrat dan keinginan yang bertentangan dengan prinsip dalam keluarga kecil yang telah dibentuk. Mau berkorban perasaan, berkorban keinginan, berkorban materi demi bertahannya keutuhan dan terciptanya kebahagian yang hakiki (jie jie – padahal ga tau-tau bgt artinya).

Kenapa saya menganggap konsep pernikahan adalah konsep yang tidak sederhana, karena di dalam konsep itu kita ditantang dan diuji untuk bertahan dari segala badai, baik dari dalam maupun luar. Peleburan dua insan menjadi satu, membentuk tujuan bersama, belajar menerima semua kekurangan dan kelebihan pasangan. Dan menurut saya, tidak boleh ada kata menyerah dan berhenti berjuang. Saya selama ini mencari sosok seperti apa yang saya butuhkan untuk bisa jadi pemimpin yang bisa siap tempur untuk berjuang bersama membangun suatu keluarga kecil yang bahagia. Dan sebagai pengikut dari pemimpin, kita tentu saja harus memilih pemimpin yang benar bukan? Bagaimana kalau pemimpin dan imam rumah tangga tidak tahu Rumah tangga mau dibawa kemana? Bisa repot kehidupan keluarga saya nantinya. Menurut saya, seorang lelaki itu harus memiliki suatu konsep hidup yang jelas. Dia harus tahu langkah-langkah apa dan tujuan apa yang ingin dan harus dicapai. Secara, sebagai seorang lelaki harus bertanggung jawab untuk hidup istri dan anak-anaknya kelak. Harus tahan banting, harus susah payah, harus berpendirian, harus berani dalam hidup, harus memiliki mimpi yang tinggi, harus berusaha keras untuk diri dan keluarganya. Dan sebagai seorang wanita, kita juga harus punya konsep hidup yang jelas juga. Jangan sampai kita jadi istri yang tidak tahu apa-apa, tidak bisa bantu apa-apa, tidak bisa jadi tempat diskusi suami, tidak bisa melayani suami dengan baik. Jadi wanita harus pintar menyenangkan suami dan keluarga.

Banyak pertanyaan yang terlintas dibenak saya tentang konsep pernikahan. Apakah saya bisa menerima Suami saya nantinya, apakah saya bisa menjadi istri dan ibu yang baik, akan kah hati saya bisa setia pada suami saya, akan kah kami bisa mewujudkan kehidupan pernikahan saya, apakah nanti hidup kami lebih baik dari hidup saya sebelumnya, bagaimana kalau nanti si suami penghasilannya jauh di bawah saya (dan sekarang lumrah memang hal ini – hanya saja saya belum tau apa saya bisa menjadikan itu hal yang lumrah), bagaimana kalau nanti suami saya ternyata adalah orang yang pemalas, bagaimana kalau tidak berusaha keras untuk kebahagian keluarganya, apakah cinta akan bertahan, apakah nanti ada orang lain masuk diantara kita. Yah begitulah beberapa ketakutan saya terhadap pernikahan. Dan pertanyaan terakhir, Apakah saya siap untuk menjadi istri dan ibu yang baik. Siap untuk berkorban demi kebahagiaan keluarga. Menekan ego demi keharmonisan keluarga. Mengurangi keinginan untuk menghambur-hamburkan uang demi menabung untuk kehidupan yang lebih baik. Mungkin kalau ada seseorang yang saya anggap mampu dan bisa saya jadikan pegangan dan pemimpin. Mungkin rasa takut itu akan luluh dan perlahan hilang…

Pergulatan hati seorang yang mencari tahu konsep dan makna pernikahan … :)

1 comment: